Epistle Buat Abang Amid

Abang Amid yang dingati dan dihormati kini berada diKucing ,Sarawak.

Warkah ini dikirim melalui email yang seringkali down.Canggih dan ranggi yang kadang-kadang sepi serta sunyi tanpa diperhati.Kita sama-sama membesar didesa hijau dan berbalam sewaktu pagi.Sejuk air mengalir melewati bebatu kuning disungaibatu yang kita cintai.Bebatu besar tepi gedung masih putih dan gembira melihat kita bermain air dipintunya yang abang kata akan didirikan rumah sebuah untuk hari tuamu.Aku sering bertanyakan pada wan bila kita dapat bermain kembali semacam dulu.Mana mungkin, kita telah mencecah usia setengah abad ia sudah mengurniakan kiat zuriat yang kita telah membesar dan mungkin telah berkeluarga pula.

Abang amid mungkin mengingat kembali persamaan diantara kita tentang nama isteri kita yang sama,tentang kita satu kumpulan kedet yang sama,tentang lantikan PTD yang sama dan tentang kerja diagensi keselamatan yang sama.Kenangan ini membuat saya tidak lupa itu segala sampai bila-bila.Abang amid memang mengingati betapa hebatnya lagu-lagu Jefridin,A.Ramlee,S.Jiben,A.Romzi dan lain-lain dulu.Kita menghafalnya satu persatu yang dicartakan dalam Top ten dari sebuah transister kecil berwarna choklat.Begitu juga Medagu, Abang Dollah dan Nuarkadir mendendangkan lagu-lagu tersebut dibawah pohon jambu dengan kugiran mainan kayu.Begitu juga malam-malam membuat kekalu dan emping yang sering kita pergi melalui batas-batas sawah keceruk membebek, ianya kini tiadalagi batas-batas itu yang hanya tanah-tanah gersang tanpa diusahakan lagi.Hari ini desa kita tidak semeriah dulu lagi terutama musim raya menjelang, kita dulu selalu beraya dimalam hari bila pembaca mohor raja-raja mengistiharkannya.Kini jauh berbeza kerana kita lebih rela berada didepan TV dan anak-anak lebihkan duit raya bukan macam kita bermain dan berjalan raya.

Sekian dulu jumpa dilain bicara

Adikmu Minun